8 POIN ke-GHULUW-an AJARAN SYE'AH BALAK 12
dalam permasalahan al-Wilayah/al-Imamah (Kepemimpinan Ummat)
(by Ibn Asnawi)
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Berikut adalah beberapa ke-GHULUW-an ajaran Sye'ah Itsna Asyariyah / Sye'ah Imamiyah à SYE'AH BALAK 12 dalam permalahan al-Wilayah/al-Imamah ( Kepemimpinan Ummat ), yaitu sebagai berikut:
001. al-Wilayah atau al-Imamah merupakan pokok terpenting dalam rukun Islam.
al-kulaini dalam BUKU FIKSI-nya "ushuul al-kaafi" 2/18, ia mendongeng dari ZURARAH dari ABU JA’FAR (penisbatan secara dusta, pen), bahwa ABU JA'FAR berkata: “ISLAM ITU DIBANGUN DI ATAS 5 PERKARA :> shalat, zakat, haji, puasa, dan Al Wilayah (Imamah), Zurarah bertanya : Mana yang paling utama ?, Abu Ja’far menjawab : “AL WILAYAH-LAH YANG PALING UTAMA.”
Di dalam BUKU FIKSI sye'ah balak 12 lainnya "ashlusy syi’ah wa ushuliha", hal. 49, karya MUHAMMAD HUSAIN AL GITHA’, dia menegaskan bahwa IMAMAH MERUPAKAN RUKUN KEENAM DARI RUKUN-RUKUN ISLAM !!
<span> </span>
002. al-Wilayah atau al-Imamah itu ditetapkan berdasarkan nash dari Allah dan atau Rasul.
Untuk keperluan/pembenaran ke-GHULUW-an ini mereka tidak segan-segan menetapkan/membuat nash-nash palsu yang penuh dengan rekayasa.
Diantaranya apa yang terdapat di dalam BUKU DONGENG al-amaali hal. 586 karya ABU JA’FAR BIN BABUYAH AL QUMMI bahwa Nabi Saw pernah bersabda: “ALLAH MELAKNAT ORANG-ORANG YANG MENYELISIHI ALI … ALI ADALAH SEORANG IMAM … DIA ADALAH KHALIFAH SETELAHKU … BARANGSIAPA MENDAHULUI (KEKHALIFAHAN) ALI MAKA DIA TELAH MENDAHULUI (KENABIAN) KU DAN BARANGSIAPA YANG BERPISAH DARINYA MAKA DIA TELAH BERPISAH DARIKU”.
Atas dasar ini mereka mengklaim ABU BAKR, UMAR, DAN UTSMAN sebagai perampas kekuasaan. Sehingga mereka mencerca bahkan mengkafirkan ketiganya. Padahal ALI BIN ABI THALIB RA sendiri pernah berkhutbah di Kufah dengan mengatakan: "WAHAI SEKALIAN MANUSIA SESUNGGUHNYA SEBAIK-BAIK UMAT SETELAH RASUL-NYA ADALAH ABU BAKR DAN UMAR, DAN BILA AKU MAU AKAN AKU SEBUTKAN YANG KETIGANYA. DAN KETIKA BELIAU TURUN DARI MIMBAR, SERAYA MENGATAKAN: “KEMUDIAN UTSMAN, KEMUDIAN UTSMAN”. (Al Bidayah wan Nihayah 8/13)
003. Seseorang yang tidak meyakini imamah sebagaimana keyakinan Syi’ah Rafidhah maka dia kafir atau sesat.
Di dalam BUKU DONGENG al-Amaali hal. 586 disebutkan bahwa Ibnu Abbas –padahal mereka mencaci beliau- berkata: “Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengingkari keimanan Ali setelahku maka dia seperti orang yang mengingkari kenabian semasa hidupku. Dan barangsiapa yang mengingkari kenabianku maka dia seperti orang yang mengingkari ketuhanan Allah SWT”.
Lebih keterlaluan lagi, Ibnu Muthahhar Al Hulli berpendapat bahwa mengingkari imamah lebih jelek daripada mengingkari kenabian. Dia berkata: “Imamah adalah sebuah taufik Allah yang bersifat umum sedangkan kenabian adalah taufik Allah yang bersifat khusus. Sebab sangat dimungkinkan suatu masa itu kosong dari seorang nabi yang hidup, berbeda dengan imam. Maka, mengingkari taufik Allah yang bersifat umum tentu lebih jelek daripada mengingkari taufik Allah yang bersifat khusus.” (Atsarut Tasyayyu’ hal. 135)
004. Kedudukan para imam lebih tinggi daripada kedudukan para nabi dan malaikat.
Al-Khumaini dalam Buku Khoyyalnye “Al-Hukumah Al-Islamiyah” hal. 52 berkata: “Bahwasanya kedudukan imam tersebut tidak bisa dicapai malaikat yang dekat dengan Allah dan tidak pula bisa dicapai seorang nabi yang diutus sekalipun.”
005. Para imam memiliki sifat ma’shum (tidak pernah berbuat kesalahan).
Dasar pijak tinjauan ini adalah keyakinan mereka bahwa syarat keimaman adalah kema’shuman. Di dalam kitab Mizanul Hikmah 1/174. Muhammad Ar Rayyi Asy Syahri menyebutkan bahwa salah satu syarat imamah dan kekhususan imam yaitu: “Telah diketahui bahwa dia adalah seorang yang ma’shum dari seluruh dosa, baik dosa kecil maupun besar, tidak tergelincir di dalam berfatwa, tidak salah dalam menjawab, tidak lalai dan lupa serta tidak lengah dengan satu perkara dunia pun.”
006. Para Imam mengertahui perkara yang ghaib.
Al Majlisi di dalam Buku Fiksi/dongeng “Biharul Anwar” 26/109 menulis sebuah bab yaitu: “Bab: Bahwa mereka (para imam, pen) tidak terhalangi untuk mengetahui perkara ghaib di langit dan di bumi, jannah dan jahanam. Seluruh perbendaraan langit dan bumi diperlihatkan kepada mereka dan mereka pun mengetahui apa yang terjadi dan akan terjadi sampai hari kiamat.”
007. Para Imam memiliki sejumlah hukum syariat yang tidak diketahui umat Islam.
Dalam Buku Khoyyal “Ushulul-Kafi” 1/192, Al-Kulaini menyebutkan bahwa setelah meninggalnya Nabi Saw sebenarnya pensyariatan hukum itu belum sempurna. Bahkan sejumlah syariat diwasiatkan Rasul kepada Ali. Kemudian Ali menyampaikan sebagiannya sesuai dengan masanya. Sampai akhirnya beliau wasiatkan kepada imam selanjutnya. Demikian seterusnya sampai imam yang masih bersembunyi (Imam Mahdi).
Al Kulaini juga meriwayatkan di dalam Al Kafi hal. 41 dari As Sujjad bahwa Ali bin Abi Thalib adalah seseorang yang mendapatkan firasat. Beliau adalah seorang yang diutus kepadanya malaikat untuk mengadakan dialog. Hanya saja beliau mendengar suaranya namun tidak melihat bentuk maikat tersebut. Mereka pun mengatakan bahwa ucapan salah seorang dari imam mereka adalah firman Allah ?. Tidak ada pertentangan di dalam ucapan mereka sebagaimana tidak ada pertentangan di dalam firman-Nya. (Syarhu Jaami’ Ushulil Kafi 2/172)
008. Para imam akan bangkit setelah kematiannya untuk menegakkan hukum had di muka bumi sebelum hari kiamat (Aqidah Raj’ah)".
Kaum Syia’h Rafidhah meyakini bahwa kedua belas imam mereka yang telah meninggal dunia akan muncul kembali ke muka bumi untuk menegakkan hukum had kepada para penentang mereka. Mereka menegakkan hukum tersebut yang memang belum sempat diterapkan sebelumnya. Sehingga dunia pada saat itu penuh dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kedzaliman sampai tegaknya hari kiamat. (Syi’ah wat Tashhih ha. 141-142 dan Aqa’idul Imamiyah hal. 67-68 dengan beberapa tambahan)
Kiriman dari Akun Facebook (Ibn Asnawi)
dalam permasalahan al-Wilayah/al-Imamah (Kepemimpinan Ummat)
(by Ibn Asnawi)
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Berikut adalah beberapa ke-GHULUW-an ajaran Sye'ah Itsna Asyariyah / Sye'ah Imamiyah à SYE'AH BALAK 12 dalam permalahan al-Wilayah/al-Imamah ( Kepemimpinan Ummat ), yaitu sebagai berikut:
001. al-Wilayah atau al-Imamah merupakan pokok terpenting dalam rukun Islam.
al-kulaini dalam BUKU FIKSI-nya "ushuul al-kaafi" 2/18, ia mendongeng dari ZURARAH dari ABU JA’FAR (penisbatan secara dusta, pen), bahwa ABU JA'FAR berkata: “ISLAM ITU DIBANGUN DI ATAS 5 PERKARA :> shalat, zakat, haji, puasa, dan Al Wilayah (Imamah), Zurarah bertanya : Mana yang paling utama ?, Abu Ja’far menjawab : “AL WILAYAH-LAH YANG PALING UTAMA.”
Di dalam BUKU FIKSI sye'ah balak 12 lainnya "ashlusy syi’ah wa ushuliha", hal. 49, karya MUHAMMAD HUSAIN AL GITHA’, dia menegaskan bahwa IMAMAH MERUPAKAN RUKUN KEENAM DARI RUKUN-RUKUN ISLAM !!
<span> </span>
002. al-Wilayah atau al-Imamah itu ditetapkan berdasarkan nash dari Allah dan atau Rasul.
Untuk keperluan/pembenaran ke-GHULUW-an ini mereka tidak segan-segan menetapkan/membuat nash-nash palsu yang penuh dengan rekayasa.
Diantaranya apa yang terdapat di dalam BUKU DONGENG al-amaali hal. 586 karya ABU JA’FAR BIN BABUYAH AL QUMMI bahwa Nabi Saw pernah bersabda: “ALLAH MELAKNAT ORANG-ORANG YANG MENYELISIHI ALI … ALI ADALAH SEORANG IMAM … DIA ADALAH KHALIFAH SETELAHKU … BARANGSIAPA MENDAHULUI (KEKHALIFAHAN) ALI MAKA DIA TELAH MENDAHULUI (KENABIAN) KU DAN BARANGSIAPA YANG BERPISAH DARINYA MAKA DIA TELAH BERPISAH DARIKU”.
Atas dasar ini mereka mengklaim ABU BAKR, UMAR, DAN UTSMAN sebagai perampas kekuasaan. Sehingga mereka mencerca bahkan mengkafirkan ketiganya. Padahal ALI BIN ABI THALIB RA sendiri pernah berkhutbah di Kufah dengan mengatakan: "WAHAI SEKALIAN MANUSIA SESUNGGUHNYA SEBAIK-BAIK UMAT SETELAH RASUL-NYA ADALAH ABU BAKR DAN UMAR, DAN BILA AKU MAU AKAN AKU SEBUTKAN YANG KETIGANYA. DAN KETIKA BELIAU TURUN DARI MIMBAR, SERAYA MENGATAKAN: “KEMUDIAN UTSMAN, KEMUDIAN UTSMAN”. (Al Bidayah wan Nihayah 8/13)
003. Seseorang yang tidak meyakini imamah sebagaimana keyakinan Syi’ah Rafidhah maka dia kafir atau sesat.
Di dalam BUKU DONGENG al-Amaali hal. 586 disebutkan bahwa Ibnu Abbas –padahal mereka mencaci beliau- berkata: “Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengingkari keimanan Ali setelahku maka dia seperti orang yang mengingkari kenabian semasa hidupku. Dan barangsiapa yang mengingkari kenabianku maka dia seperti orang yang mengingkari ketuhanan Allah SWT”.
Lebih keterlaluan lagi, Ibnu Muthahhar Al Hulli berpendapat bahwa mengingkari imamah lebih jelek daripada mengingkari kenabian. Dia berkata: “Imamah adalah sebuah taufik Allah yang bersifat umum sedangkan kenabian adalah taufik Allah yang bersifat khusus. Sebab sangat dimungkinkan suatu masa itu kosong dari seorang nabi yang hidup, berbeda dengan imam. Maka, mengingkari taufik Allah yang bersifat umum tentu lebih jelek daripada mengingkari taufik Allah yang bersifat khusus.” (Atsarut Tasyayyu’ hal. 135)
004. Kedudukan para imam lebih tinggi daripada kedudukan para nabi dan malaikat.
Al-Khumaini dalam Buku Khoyyalnye “Al-Hukumah Al-Islamiyah” hal. 52 berkata: “Bahwasanya kedudukan imam tersebut tidak bisa dicapai malaikat yang dekat dengan Allah dan tidak pula bisa dicapai seorang nabi yang diutus sekalipun.”
005. Para imam memiliki sifat ma’shum (tidak pernah berbuat kesalahan).
Dasar pijak tinjauan ini adalah keyakinan mereka bahwa syarat keimaman adalah kema’shuman. Di dalam kitab Mizanul Hikmah 1/174. Muhammad Ar Rayyi Asy Syahri menyebutkan bahwa salah satu syarat imamah dan kekhususan imam yaitu: “Telah diketahui bahwa dia adalah seorang yang ma’shum dari seluruh dosa, baik dosa kecil maupun besar, tidak tergelincir di dalam berfatwa, tidak salah dalam menjawab, tidak lalai dan lupa serta tidak lengah dengan satu perkara dunia pun.”
006. Para Imam mengertahui perkara yang ghaib.
Al Majlisi di dalam Buku Fiksi/dongeng “Biharul Anwar” 26/109 menulis sebuah bab yaitu: “Bab: Bahwa mereka (para imam, pen) tidak terhalangi untuk mengetahui perkara ghaib di langit dan di bumi, jannah dan jahanam. Seluruh perbendaraan langit dan bumi diperlihatkan kepada mereka dan mereka pun mengetahui apa yang terjadi dan akan terjadi sampai hari kiamat.”
007. Para Imam memiliki sejumlah hukum syariat yang tidak diketahui umat Islam.
Dalam Buku Khoyyal “Ushulul-Kafi” 1/192, Al-Kulaini menyebutkan bahwa setelah meninggalnya Nabi Saw sebenarnya pensyariatan hukum itu belum sempurna. Bahkan sejumlah syariat diwasiatkan Rasul kepada Ali. Kemudian Ali menyampaikan sebagiannya sesuai dengan masanya. Sampai akhirnya beliau wasiatkan kepada imam selanjutnya. Demikian seterusnya sampai imam yang masih bersembunyi (Imam Mahdi).
Al Kulaini juga meriwayatkan di dalam Al Kafi hal. 41 dari As Sujjad bahwa Ali bin Abi Thalib adalah seseorang yang mendapatkan firasat. Beliau adalah seorang yang diutus kepadanya malaikat untuk mengadakan dialog. Hanya saja beliau mendengar suaranya namun tidak melihat bentuk maikat tersebut. Mereka pun mengatakan bahwa ucapan salah seorang dari imam mereka adalah firman Allah ?. Tidak ada pertentangan di dalam ucapan mereka sebagaimana tidak ada pertentangan di dalam firman-Nya. (Syarhu Jaami’ Ushulil Kafi 2/172)
008. Para imam akan bangkit setelah kematiannya untuk menegakkan hukum had di muka bumi sebelum hari kiamat (Aqidah Raj’ah)".
Kaum Syia’h Rafidhah meyakini bahwa kedua belas imam mereka yang telah meninggal dunia akan muncul kembali ke muka bumi untuk menegakkan hukum had kepada para penentang mereka. Mereka menegakkan hukum tersebut yang memang belum sempat diterapkan sebelumnya. Sehingga dunia pada saat itu penuh dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kedzaliman sampai tegaknya hari kiamat. (Syi’ah wat Tashhih ha. 141-142 dan Aqa’idul Imamiyah hal. 67-68 dengan beberapa tambahan)
Kiriman dari Akun Facebook (Ibn Asnawi)